Menu Melayang

Sunday, July 3, 2022

Aku Tak Ingin Teralihkan

Aku menyempatkan diri untuk belajar beberapa hal perihal menjemput rejeki. Ada yang ngajarin wiridan tertentu. Sholat tertentu. Doa-doa tertentu yang dibaca sekian kali.

Ada juga kelas vibrasi penarik rejeki. Salah satunya ngajak ngobrol sama uang. Ada juga perlakuan-perlakuan tertentu terhadap uang. Misal uang jangan dilipat. Harus rapi dan diurut. Kadang juga diajak ngobrol saat mau dipakai, misal ngobrolnya gini : “Kamu nanti balik lagi ya? Ajak teman-temanmu”

Hahaha

Aku banyak berpikir perihal ini.

Aku rada ga sreg.

Ini mengalihkan hubungan yang semestinya aku bangun : ‘Ngajak ngomong’ Tuhan.

Diwaktu yang berbatas dan serta merta tak terduga tiba-tiba tak ada waktu, kenapa harus ngajak ngomong benda-benda? Kenapa ga ngajak ngomong pemiliknya? Pemilik benda-benda itu?

Ritual-ritual yang katanya harus dibaca sekian dan sekian, apakah mengalihkanku pada yang Maha atau hal tersebut sebaiknya aku lakukan demi belajar disiplinku?

.

Aku melihat tingkatan-tingkatan. Orang melakukannya sudah di level mana?

Sepertinya baru kemaren aku didudukkan mamaku dan diajari berhitung. Diajari tambah-tambahan dan kurang-kurangan. Aku juga disuruh menghafal.

Bukankah tahapannya memang pada waktu itu aku masih disitu?

Tak ada yang salah dalam proses, walau guruku pernah bilang : “Kamu ini belajar 6 tahun atau kamu ini belajar 1 tahun lalu mengulangnya sebanyak 6x?”. Jika itu belajar bela diri dan penguialangan tersebut dibutuhkan untuk menguatkan otot dan reflek sih oke.

.

Jujur aku malu dengan sholatku. Semestinya di usia segini, kualitas sholatku bukan seperti yang biasa aku lakukan. Sholatku aku rasa masih sama seperti kemaren waktu masih 6 SD. Kualitasnya. Rasanya. Komunikasinya. Ritualnya. Rutinitasnya.

.

Pada suatu tiktok aku melihat narasi seseorang yang berkata : “Pada akhirnya semua ujian yang hadir adalah untuk membuatmu sadar, bahwa yang tersisa hanyalah ALLAH SWT semata; karena mereka semua fana; dan ketenangan hanya saat bersamaNYA.

.

Ayahku pernah bilang, temannya rutin mengamalkan Al Ikhlas, lalu matanya pun tidak bisa disobek dengan silet. Waktu itu pernah dipraktekkan dihadapan ayahku dan teman-teman ayahku. Jujur bukan itu yang aku inginkan. Aku cuma ingin sepanjang waktu bisa Al Ikhlas. Agar aku bisa ikhlas. Ridho.

 

Yohan Wibisono

Ditulis tanggal 4 untuk tanggal 3


Blog Post

Related Post

Back to Top

Copyright

Cari Artikel