Pages

Wednesday, August 18, 2021

Perjuangan Membaca Buku | Bangkrut | Kontribusi



Perjuangan Membaca Buku | Bangkrut | Kontribusi

Membaca buku adalah sebuah perjuangan tersendiri. 
  • Apalagi dulu sesaat setelah aku bangkrut untuk kesekian kalinya, ayahku berkata: "Buat apa baca semua buku sebanyak itu, dzikiran saja"
  • Apalagi setelah kebangkrutan itu aku baca sebuah buku yang tampaknya pernah aku baca dan disana terpapar jelas tulisan kesalahan-kesalahan yang aku lakukan sehingga aku menjadi bangkrut dan aku sadar aku pernah membacanya di beberapa waktu sebelumnya; dan aku sama sekali lupa peringatan kesalahan tersebut sehingga aku melakukannya. Dan bangkrut.
Menjadi bangkrut mungkin adalah episode penting yang terjadi dalam hidupku sehingga sebegitu segala sesuatu yang diperlukan untuk tidak menjadi bangkrut sudah kusiapkan (termasuk membaca buku anti bangkrut) tapi tetap saja bangkrut.

Kemaren dulu temanku dihujat dan diusir oleh temanku yang lain. Aku tercengang mendengarnya. Temanku yang terusir sangat marah. Lalu dia memutuskan untuk melampiaskannya dengan mencoba hal baru. Aku mengarahkannya untuk belajar berdamai dengan kenyataan dengan fokus pada satu hal. Fokus pada zat yang menciptakan paru-paru, jantung, darah, otak, dan mengijinkan semua kejadian yang terjadi.

Tiba-tiba temanku itu masuk Islam. Minta dibantu syahadat. Aku tuntut syahadat dengan saksi istri dan kontraktorku. Di rumah.

Tindakan menghujat dan mengusir yang awalnya aku anggap sebagai tindakan negatif, kini aku anggap sebagai tindakan positif. Hahaha...

Jadi bangkrutku beberapa kali menyadarkanku aku lemah pada urusan manajemen. Urusan yang bosku sangat jago dalam mengurusnya. Aku bisa menjual produk 500ribu terjual 50juta dan sama-sama untung serta bahagia antara penjual dan pembeli; namun manajemen perusahaan itu bukan rezekiku. Atas kejadian dan kesadaran itu aku ada disini.

Bisa jadi bangkrutku dulu itu adalah rezekiku hari ini. Yang membawaku keliling negara-negara, berkontribusi di puluhan ribu member (ini dunia pekerjaan yang paling aku sukai), dan bisa tetap berpenghasilan baik di masa pandemi.

Jadi buat apa aku membaca buku sebanyak itu jika suka-suka DIA untuk menghapusnya dalam ingatanku atau membiarkanku mengintepretasikan berbeda atau tidak menjamin bahwa aku bakal mencapai tujuan-tujuan atau hal-hal lainnya yang tampaknya bukan hal yang menyenangkan?

Mungkin karena itu kata pertama yang diucapkan Malaikat Jibril saat memeluk Rasulullah SAW. 
Mungkin juga karena aku merasa aku menyukai membaca buku padahal aku cuma suka membeli buku.

Ini bukan tentang hasil, ini tentang ikhtiar. Bahwa salah satu usaha aku menjemput RidhoNya dengan membaca dan berkontribusi.
Karena kita tidak pernah tahu akhir ceritanya.
Hal-hal baik yang kita lakukan jika belum ditampakkan hasil baiknya bukan berarti hal-hal baik itu tindakan tidak baik.



Yohan Wibisono
Pada suatu hari